Ilustrasi berlari. Credit: pexels.com/Shava
AMANAH INDONESIA -- Berbicara mengenai penurunan berat badan, pertanyaan yang sering muncul adalah, "Mana yang lebih cepat menghilangkan lemak tubuh, berjalan atau berlari?

Kebanyakan orang mungkin akan langsung menjawab bahwa berlari adalah pilihan yang lebih baik, mengingat aktivitas ini tampaknya lebih melelahkan dan memicu produksi keringat yang lebih banyak, serta membakar kalori dengan lebih intens. 


Namun, sebelum kita menentukan jawaban yang tepat, kita perlu memahami aspek-aspek ilmiah yang terlibat dalam proses ini.


Sumber Energi dalam Tubuh


Pertama-tama, kita perlu memahami bagaimana tubuh manusia mendapatkan energi saat berjalan dan berlari. Ada perbedaan signifikan dalam sumber energi yang digunakan pada kedua jenis aktivitas ini.


Oksidatif Fosforilasi: Berjalan sebagai Aktivitas Aerobik


Ketika kita berjalan, tubuh kita beroperasi dalam kondisi aerobik. Ini berarti bahwa tubuh memiliki pasokan oksigen yang cukup untuk mendukung aktivitas ini. 


Proses ini melibatkan mitokondria, struktur sel penting yang menggunakan oksigen untuk mengoksidasi bahan bakar. Bahan bakar tersebut bisa berupa lemak dan glukosa. 


Hasil akhir dari proses ini adalah produksi adenosine triphosphate (ATP), yang dapat dianggap sebagai mata uang energi dalam sel.


Satu molekul glukosa, misalnya, dapat menghasilkan hingga 38 unit ATP dalam proses oksidatif fosforilasi. Ini membuat lemak dan glukosa menjadi sumber utama energi saat berjalan. 

Dalam hal ini, sekitar 80% energi diperoleh dari lemak dan sekitar 15% dari glukosa.


Glikolisis: Berlari dalam Kondisi Anaerobik


Namun, ketika kita berlari, denyut jantung dan kebutuhan oksigen tubuh meningkat drastis. Ini menyebabkan peralihan ke kondisi anaerobik, di mana tubuh menghadapi kekurangan oksigen yang dapat digunakan. Ini sering terjadi saat kita berlari dengan intensitas tinggi.


Dalam kondisi anaerobik, tubuh mulai melakukan glikolisis. Proses glikolisis terjadi di luar mitokondria dan menghasilkan energi melalui oksidasi glukosa. Namun, hasil dari glikolisis jauh lebih sedikit dibandingkan dengan oksidatif fosforilasi. 


Hanya dua unit ATP yang dihasilkan dari glikolisis, sementara sebelumnya kita menyebutkan bahwa proses oksidatif fosforilasi dapat menghasilkan hingga 38 unit ATP dari satu molekul glukosa.


Selain produksi ATP yang rendah, glikolisis juga menghasilkan asam laktat, yang dapat menyebabkan penumpukan dan rasa sakit pada otot. Inilah mengapa orang yang tidak terbiasa dengan lari mungkin merasakan rasa sakit setelah aktivitas ini.


Apa yang Harus Dipilih?


Ketika Anda mencoba mengurangi lemak tubuh, pilihan antara berjalan dan berlari menjadi penting. Berjalan dapat membantu Anda menggunakan lebih banyak lemak sebagai sumber energi karena beroperasi dalam kondisi aerobik. 


Meskipun berlari dapat membakar lebih banyak kalori, Anda harus berhati-hati, terutama jika Anda memiliki masalah pada lutut atau engkel. Intensitas berlari yang tinggi juga dapat menyebabkan penumpukan asam laktat.


Sebagai alternatif, kombinasi berjalan dan berlari dapat menjadi pilihan yang baik. Anda dapat memulai dengan berjalan untuk memanfaatkan sumber energi dari lemak, kemudian berpindah ke berlari untuk membakar lebih banyak kalori. Selalu perhatikan batasan fisik Anda dan konsultasikan dengan dokter jika perlu.


Kesimpulannya, berjalan dan berlari memiliki kelebihan masing-masing dalam proses penurunan berat badan. Manakah yang lebih baik tergantung pada preferensi individu, kondisi fisik, dan tujuan yang ingin dicapai. Bagaimanapun, olahraga secara teratur, apapun jenisnya, tetap merupakan langkah positif untuk kesehatan tubuh. (*)